Pantai Lengkung

Pantai Plengkung, atau lebih dikenal dengan nama G-Land, adalah pantai yang terletak dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

G-Land

Pantai Plengkung dapat dicapai selama setengah hari perjalanan darat dari Bali. Pantai Plengkung juga bisa dicapai dengan boat sewaan dari Bali.

Ekpedisi G-land

Pada tahun 1972, sekelompok peselancar asal Amerika Serikat mengadakan sebuah ekspedisi untuk menuju Plengkung. Ekspedisi ini diikuti oleh 8 kelompok surfer.

Geomorfologi G-Land

Pantai Plengkung berlokasi di bagian tenggara Pulau Jawa, berada dalam gugusan pantai selatan Jawa yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga Pantai Plengkung termasuk pantai berombak besar.

Kamis, 15 Januari 2015

G-land Plengkung punya Ombak terbesar kedua setelah Hawaii

Ketika orang Jakarta masih tertidur, orang Banyuwangi sudah bangun. Ya, matahari terbit paling awal di Pulau Jawa adalah di Banyuwangi, maka tidak heran jika kabupaten tersebut dilabeli "Sunrise of Java"


Banyuwangi memiliki banyak destinasi wisata alam yang elok. Di sini terdapat tiga taman nasional terbesar di Pulau Jawa, Banyuwangi juga punya Pantai Plengkung atau turis asing menyebutnya sebagai Gland yang sangat populer di kalangan surfers internasional karena memiliki ombak terbesar kedua setelah Hawaii. Salah satu obyek wisata yang diburu turis mancanegara khususnya para peselancar adalah pantai Plengkung atau lebih dikenal dengan G-Land, Lokasinya terletak di dalam Taman Nasional Alas Purwo.


Meskipun untuk harus memasuki Taman Nasional Alas Purwo dengan pohon-pohon lebatnya, ditambah kondisi jalan yang kurang bersahabat, namun nama Plengkung atau G-Land sangat terkenal di telinga para peselancar atau surfer mancanegara. Kenapa mancanegara? Ya, karena mereka lah yang membuat nama Plengkung menjadi tersohor ke telinga para peselancar.


untuk menuju ke Gland atau pantai Plengkung ini membutuhkan perjuangan yang besar, Satu jam pertama, mobil masih melaju di jalan aspal nan mulus. Setelah itu mobil memasuki kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Usai melewati Pos Rowobendo, jalan aspal berubah menjadi jalan bertanah dan berbatu dan kadang penuh lubang. Guncangan mulai terasa ketika melewati Pos Pancur. Penumpang diayun-ayun, kiri-kanan, depan-belakang. Namun kami semua sudah menyadari, beginilah kondisi memasuki sebuah taman nasional. Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam akhirnya kami tiba di Joyo's Surf Camp di Pantai Plengkung alias G-Land.


Pantai Plengkung yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia dan berlokasi di timur Teluk Grajagan begitu digemari para peselancar dan kebanyakan berasal dari luar negeri. Pantai Plengkung merupakan surga bagi peselancar profesional karena dikenal dengan pantai berombak besar. Ombak Plengkung berbentuk memanjang, tinggi, dan bergerak cepat. Ombak Pantai Plengkung juga membentuk tabung yang hampir sempurna sehingga menjadi favorit para pecinta olahraga selancar (surfing) dari Australia, Eropa, dan Amerika.


Mereka yang bergerak di bisnis pariwisata Tanah Air patut berterima kasih kepada para peselancar luar negeri yang rela blusukan mendatangi lokasi-lokasi sulit di Nusantara demi mencari ombak tinggi, masih alami demi mememuaskan keinginan mereka "menunggang" ombak dengan papan sambil meliuk-liuk di atasnya. Di Pantai Plengkung, Banyuwangi, Jawa Timur, para peselancar ini bagai menemukan surga untuk berselancar. Bagi mereka, uang bukan masalah. Sepanjang keinginan menemukan ombak terpenuhi, tempat sesulit apa pun didatangi. Itulah kepuasan yang diraih.

Sebagai taman nasional yang memiliki aturan ketat, Taman Nasional Alas Purwo menyewakan lahannya untuk tempat menginap bagi kepentingan para peselancar tadi. Joyo's Surf Camp di Plengkung merupakan salah satu penginapan yang ada di pantai yang menghadap Samudera Hindia ini.
Ivan Herminanto, pengelola Joyo's Surf Camp menuturkan, tamu yang menginap hampir seluruhnya adalah peselancar yang datang dari berbagai negara. "Tujuannya ya untuk surfing. Kebanyakan peselancar yang datang, tutur Ivan, berasal dari Bali. Mereka menuju G-Land menggunakan speed boat dari Kuta, Bali yang memakan waktu sekitar 2 jam perjalanan.

ombak di Plengkung ada berbagai tipe dari yang terkecil untuk pemula sampai profesional yakni "chickens", "speedies", "monkey trees" dan ombak terbesar disebut "kongs". "Bulan Juni-Juli dan November, itu ombak lagi besar-besarnya, bisa (setinggi) 4-6 meter. Para surfer banyak yang datang," kata Samuel, kapten boat yang kerap sibuk bolak-balik mengantar para tamu ke tengah laut. Setiap hari boat rata-rata menghabiskan 60 liter untuk bahan bakar. tetapi tidak usah khawatir bagi pesurfer pemula yang ingin belajar surfing, disini juga ada spot yang ombaknya tidak terlalu besar. sangat cocok untuk belajar sebelum menuju ke Gland yang punya ombak yang besar.



Banyak dari para Pesurfer asing yang saya tanya, kenapa mereka memilih Gland sebagai destinasi Surfing padahal lokasinya sangat terpencil dan susah dijangkau, dan mereka hanya menjawab simpel. Gland Plengkung punya ombak terbesar kedua setelah Hawaii.

untuk menuju Gland Plengkung bisa dilalui jalan darat dari Surabaya ke Banyuwangi, atau naik pesawat yang mendarat di Bandara Banyuwangi Blimbingsari. ada 2 penerbangan yang melayani rute Banyuwangi yaitu Lion Air dan Garuda Indonesia, setelah itu kita naik kendaraan menuju Taman Nasional Alas Purwo. sesampai di Pos Pancur, kita diharuskan mengganti kendaraan dengan 4 wheels drive. ya karena jalan menuju ke Gland cukup rusak parah, beberapa rute melewati pinggir pantai sehingga mobil biasa tidak akan bisa melewatinya. atau kalau tidak mau repot anda bisa menginap di Joyo Surfing Camp, mereka sudah mengatur semua perjalanan saya dari bandara sampai tetek bengek selama memotret disini, ya karena saya kesini bertujuan memang untuk memotret surfing, dan saya memesan paket Trip tersebut ke www.raja-wisata.com/ karena setelah dihitung hitung, cost yang dikeluarkan lebih murah memakai jasa trip mengingat medannya yang cukup rusak dan akses yang masih sangat kurang disini.

Geomorfologi & Tsunami

GEOMORFOLOGI G-LAND



Pantai Plengkung berlokasi di bagian tenggara Pulau Jawa, berada dalam gugusan pantai selatan Jawa yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga Pantai Plengkung termasuk pantai berombak besar. Ombak besar ini dihasilkan oleh sistem bertekanan rendah yang berasal dari selatan (Antartika). Pantai Plengkung juga terletak di sisi timur Teluk Grajagan, maka dari itu sisi kanan Pantai Plengkung memiliki ombak lebih dominan. Ombak Panjang Plengkung berbentuk memanjang, tinggi, dan berkecepatan tinggi. Ombak Pantai Plengkung juga membentuk tabung ombak hampir sempurna sehingga menjadi favorit para penggila olahraga surfing.
Angin lepas pantai yang berhembus di Plengkung terjadi antara bulan April dan September. Hal ini menyebabkan ombak paling besar terjadi pada bulan-bulan ini. Pada waktu-waktu tersebut ombak datang bertahap, masing-masing berlangsung selama beberapa hari, dengan rentang beberapa hari di antara setiap ombak. Gelombang cenderung lebih besar dan lebih baik pada saat pasang, jadi waktu yang terbaik untuk merencanakan perjalanan surfing adalah seminggu setelah masa bulan purnama atau bulan baru, karena pada waktu-waktu ini gelombang tinggi terjadi selama setengah hari.

TSUNAMI G-LAND
Pada tahun 1994 gelombang tsunami melanda sebagian kawasan pantai selatan Jawa Timur. Tsunami tersebut terjadi diakibatkan oleh gempa tektonik berukuran 7,2 Skala Richter terjadi di Palung Jawa yang terjadi sebelumnya. Pantai Plengkung juga tidak luput dari gelombang tsunami tersebut . Empat puluh menit setelah gempa gelombang melanda sebuah surf camp. Tinggi tsunami yang melanda Plengkung diperkirakan setinggi 5,6 meter. Tidak ada korban jiwa seperti di pantai-pantai lain yang berada segaris dengan Plengkung. Misalnya desa-desa pantai seperti Rajegwesi, Pancer dan Lampon yang hampir sepenuhnya diratakan oleh tsunami dan tercatat 223 korban tewas di sana.
Seorang surfer bernama John Philbin berada di Plengkung pada malam terjadinya tsunami. Dia menggambarkan tsunami tersebut sebagai ombak yang sangat besar.
"Saat gemuruh makin keras, saya masih duduk di dalam kamar saya, dan tiba-tiba air datang menghantam gubukku."

Surfer lain bernama Richie Lovett menggambarkan pengalaman itu seperti "ditabrak kereta api dengan kecepatan penuh". Seorang lainnya bernama Richard Marsh awalnya mengira harimau telah menyerang mereka, tapi kemudian ia menyadari itu adalah gelombang besar. Marsh dan Lovett tersapu ratusan meter ke dalam hutan oleh gelombang.
"Aku benar-benar panik. Aku hanya berusaha menggapai sesuatu yang terapung untuk bertahan hidup dan menghindari puing-puing jatuh di kepala saya serta berusaha untuk bisa bernapas."
Lovett akhirnya harus kembali ke Australia untuk perawatan medis.
"Pondok telah menghilang dan aku terjebak oleh kayu dan potongan bambu. Ketika air mulai mereda. Aku terjebak dan kakiku terjepit tumpukan kayu dan sampah."
Para peselancar lainnya juga mengunjungi G-Land saat tsunami terjadi seperti Monty Webber, Gerald Saunders, Rob Bain, Shanne Herring, Simon Law, dan Kevin Komick. Fotografer selancar asal Australia Peter Boskovic, alias "Bosco" juga berada di G-land selama tsunami. 

Ekpedisi & Surf Camp

Ekspedisi

Pada tahun 1972, sekelompok peselancar asal Amerika Serikat mengadakan sebuah ekspedisi untuk menuju Plengkung. Ekspedisi ini diikuti oleh 8 kelompok surfer. Tiga di antaranya berangkat dengan boat sewaan sedangkan 5 kelompok lainnya menempuh jalur darat. Kelompok darat melakukan perjalanan hingga tiba di Desa Grajagan. Dari Grajagan, mereka menempuh jarak 20 kilometer untuk sampai di Plengkung dengan cara menyusuri perairan pantai menggunakan papan selancar. Setelah melewatkan perjalanan yang keras dan kekurangan air bersih (air bersih mereka kumpulkan saat hujan dan air hujan tersebut menempel di layar boat), kelompok yang memakai boat sewaan mendarat langsung di Plengkung. Sesaat setelah tiba, mereka mendirikan base camp untuk keperluan peninjauan tempat surfing. Mereka ada di Plengkung selama 10 hari.
Pantai Plengkung Ombak

Surf Camp

Seorang peselancar bernama Mike Boyum membantu mendirikan sebuah surf camp pertama di Plengkung. Surf Camp ini akhirnya diambil alih oleh seorang peselancar asal Bali bernama Bobby Radiasa di akhir dekade '70-an hingga kini. Terinspirasi dari kamp selancar milik Boyum/Bobby, Surf camp lainnya mulai dibuka di Plengkung. Mereka antara lain adalah G-Land Bobby's Surf Camp yang menawarkan akomodasi dan fasilitas lengkap dengan tarif yang relatif terjangkau. Selain itu ada 'Joyo's Surf Camp dan G-Land Surf Camp.